Program Unggulan: Kitab Kuning
Adapun kitab-kitab kuning yang dipelajari di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 06 Serpong kamu bisa klik disini
Sebagai program ungguan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 06 Serpong menerapkan empat metode utama pembelajaran dalam penerapan dan implementasinya kepada para santri agar lebih mudah dicerna dan difahami serta di praktikan.
1. Metode wetonan atau bandongan
Metode wetonan atau bandongan merupakan cara penyampaian kitab dimana seorang kiai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab, sementara santri mendengarkan, memberikan makna dan menerima.
2. Metode sorongan
Metode sorongan sebagai metode yang sangat penting untuk para santri, terutama santri yang bercita-cita menjadi kyai. Karena dengan metode sorongan, setiap santri membacakan kitab kuning di hadapan ustadz/ustadzahnya, kemudian ustadz/ustadzah menyimak dan mengevaluasi bacaan santri.
3. Metode hafalan
Metode hafalan merupakan suatu teknik yang digunakan oleh seorang ustadz/ustadah dengan menyerukan kepada santri untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufrodat), atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik ini adalah agar santri mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisinya, ingatan dan fantasinya.
4. Metode Halaqah
Metode Halaqah merupakan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya, metode halaqah ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning. Dalam metode ini kyai atau ustadz bertindak sebagai moderator dengan tujuan agar santri aktif dalam belajar dan dengan melalui metode ini santri akan tumbuh dan berkembang pemikiran yang kritis, analitis dan logis.
Di dalam memberikan pengajaran kitab kuning kepada para santri, Meskipun materi yang dipelajarinya terdiri dari teks tertulis, namun penyampaiannya secara lisan oleh para kyai dan ustadz adalah penting. Kitab dibacakan keras-keras oleh kyai atau ustadz didepan sekelompok santri, sementara para santri yang memegang kitabnya sendiri memberikan harakat sebagaimana bacaan sang kyai atau ustadz dan mencatat penjelasannya, baik dari segi lughawi (bahasa) maupun ma’nawi (makna).
Di dalam menyajikan materi kitab kuning ada pembahasan yang harus untuk diajarkan yaitu kalimat arabnya, makna/artinya, tujuan dan maksudnya.
Penguasan terhadap kalimat (matan) sangat diutamakan karna maksud dan tujuan dari pengarang berdasarkan kepada bentuk kalimatnya (tata bahasanya).
Tidak ada komentar
Posting Komentar